Blog ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ICT yang diampu oleh Ibu Nur Amalia dan diperuntukan bagi pemerhati pendidikan terutama Sekolah Dasar.

Kamis, 16 April 2015

PEMBELAJARAN DI DALAM KELAS DAN DI LUAR KELAS

PEMBELAJARAN DI DALAM KELAS DAN DI LUAR KELAS
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak didik kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama.
Suatu pembelajaran dapat dilakukan di dalam maupun diluar kelas, di dalam materi ini akan disajikan tentang apakah yang dimaksud dengan pembelajaran di dalam kelas dan pembelajaran di luar kelas
Pembelajaran di dalam kelas adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa didalam kelas, kegiatan pembelajarannya seperti pembelajaran biasa diruangan kelas dengan menggunakan sarana dan prasarana yang ada. Dalam pembelajaran dikelas ada 4 hal penting dalam proses pembelajaran yang harus diketahui oleh guru, yaitu:
1. Kehadiran dari siswa
2. Ketuntasan kerja siswa
3. Partisipasi siswa
4. Nilai siswa
Keempat hal penting di atas harus ada dalam setiap proses pembelajaran yang harus diketahui oleh seorang guru, khususnya bagi mereka yang diberi amanah menjadi wali kelas bagi para peserta didiknya.
Sedangkan pembelajaran di luar kelas adalah kegiatan di alam bebas atau kegiatan di luar kelas dan mempunyai sifat menyenangkan, karena kita bisa melihat, menikmati, mengagumi dan belajar mengenai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa yang terbentang di alam, yang dapat disajikan dalam bentuk permainan, observasi/pengamatan, simulasi, diskusi dan petualangan sebagai media penyampaian materi.
Manfaat pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran di luar kelas yaitu:
1. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, karena kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan.
2. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk rasa cinta lingkungan.
3. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.
4. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat.
5. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta, dan lain-lain.
6. Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam dan lingkungan buatan.
7. Mencegah siswa belajar hanya pada tingkat verbal saja
8. Melatih siswa untuk mengkonstruk konsep dari pengalaman-pengalaman yang menyenangkan.
9. Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung
10.Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.


Penulis : Yayuk Nur R.D (A510130130)

PEMBENTUKAN KARAKTER



Di era sekarang, karakter merupakan sesuatu yang jarang ditemukan pada masyarakat Indonesia. Potensi karakter yang baik telah dimiliki tiap manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi tersebut harus terus–menerus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini. Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah-natural) dan lingkungan (sosialisasi atau pendikan-natural). Pendidikan merupakan salah satu wadah dalam menunjang pembentukan karakter tiap individu. Sekolah Dasar adalah merupakan pendidikan awal penanaman karakter anak dalam perkembangan dirinya. Tak bisa kita mungkiri bahwa banyaknya generasi di Indonesia, yang tidak mengenal dirinya sebagai bangsa Indonesia yang memiliki berbagai macam suku, budaya, dan kultur sosial yang berbeda.
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.
Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
Dari berjuta – juta buku psikologi yang membahas mengenai pembentukan karakter manusia itu, Stephen Covey melalui bukunya 7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif, menyimpulkan bahwa sebenarnya ada tiga teori utama yang mendasarinya, yaitu :
1.   Determinisme Genetis, pada dasarnya mengatakan kakek-nenek andalah yang bebuat begitu kepada anda. Itulah sebabnya anda memiliki tabiat seperti ini. Kakek-nenek anda mudah marah dan itu ada pada DNA anda. Sifat ini diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya dan anda mewarisinya. Lagipula, anda orang Irlandia, dan itu sifat orang Irlandia.
2.      Determinisme Psikis, pada dasarnya orangtua andalah yang berbuat begitu kepada anda. Pegasuhan anda, pengalaman masa anak-anak anda pada dasarnya membentuk kecenderungan pribadi dan susunan karakter anda. Itulah sebabnya anda takut berdiri di depan banyak orang. Begitulah cara orang tua anda membesarkan anda. Anda merasa sangat bersalah jika anda membuat kesalahan karena anda “ingat jauh di dalam hati tentang penulsan naskah emosional anda ketika anda sangat rentan, lembek dan berbantung. Anda “ingat” hukuman emosional, penolakan, pembandingan dengan orang lain ketika anda tidak berprestasi seperti yang diharapkan.
3.     Determinisme Lingkungan, pada dasarnya mengatakan bos anda berbuat begitu kepada anda – atau pasangan anda, atau anak remaja yang berandal itu, atau situasi ekonomi anda, atau kebijakan nasional. Sesorang atau sesuatu di lingkungan anda betanggungjawab atas situasi anda.
Teori pembentukan karakter tadi didasari oleh hukum Aksi dan Reaksi atau hukum Stimulus dan Respon, bisa juga disebut sebagai hukum Rangsangan dan Respon. Kita bertindak seperti ini karena ada stimulus atau rangsangan dari luar diri kita. Itulah faktor yang membentuk jati diri kita. Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena pikiran, yang di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya. Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi perilakunya. 


Penulis : Ratna Widiastuti (A510130127)